Ada kutipan dari salah satu buku yang Ara baca; "Hubungan cinta yang erat sepatutnya menjadi tiang utama dalam membangun kepribadian insan mulia agar ia bisa berbahagia dalam dirinya sendiri dan berbagi kebahagiaan dengan orang di sekitarnya".
Asumsi liar Ara gegara omongan orang sekitar seketika surut lantaran kutipan tersebut. Kemungkinan - kemungkinan yang terus menjalar di benak Ara semakin abu - abu. Tidak jelas. Mambingungkan. Dia coba gali lagi ingatan - ingatan tentang Agam. Agam tidak pernah memperlakukan Ara dengan lembut. Bahasa yang mereka berdua gunakan juga kasar. Tidak ada kata - kata manis keluar dari mulut Agam. Tak satupun kata membuat Ara terlena, hilang akal, hingga baper.
Selama bertahun - tahun memang mereka sering ngobrol tentang apapun. Tetapi tidak pernah sekalipun ada obrolan tentang mereka berdua. Baik Ara atau Agam tidak pernah menyinggung. Tidak ada pertanyaan "Kita tu apa?", "Wajar nggak sih model temenan kayak kita tu?". Entah memang tidak perlu dipertanyakan atau entah mereka berdua sama - sama tidak punya nyali untuk memulai. Tapi yang pasti, sebelumnya (sebelum omongan orang sekitar) Ara sama sekali tidak pernah merasa ada yang janggal antara mereka berdua. Bagaimana dengan Agam?
Suatu hari Ara pernah ngobrol dengan beberapa teman cowoknya. Setelah mendengar cerita Ara tentang dia dan Agam, mereka meminta Ara untuk memastikan ke Agam apakah dia memiliki perasaan lebih ke Ara. "Pastikan kejelasannya. Hubungan kalian tu nggak sehat. Aku juga cowok ya. Nggak ada cowok sama cewek temenan kayak kalian. Nggak ada cowok yang segitunya ke cewek tanpa ada embel - embel lain. Kalau iya, lanjutkan. Kalau tidak, tinggalkan.", guman mereka. Ara berkali - kali menyangkal perkataan teman - temannya dengan kenyataan - kenyataan yang ada. Kenyataan - kenyataan bahwa tidak ada alasan yang bisa Ara gunakan untuk bertanya ke Agam tentang mereka berdua. Tidak ada satupun. Lalu bagaimana cerita nya tiba - tiba Ara menodong Agam dengan pertanyaan "Maksud kamu tu apa? Kita tu apa? Kita cuma temen? Nggak ada yang lain? Kok begini? Kok begitu?"? Membayangkannya saja Ara tak mampu, apalagi melakukannya. Pada akhirnya Ara tetap diam di tempat.
Hampir semua orang yang mendengar cerita tentang mereka berdua berpikir bahwa ada yang lebih dari sekadar teman diantara Ara dan Agam. Bahkan orang - orang di luar sana banyak yang bilang bahwa cewek sama cowok tu nggak ada yang bisa bener - bener temenan doang. Pasti ada rasa yang lebih. Entah dari salah satu pihak, entah dari kedua belah pihak. Entah keduanya diam karna nggak berani ngungkapin, entah keduanya saling menjaga karna udah temenan lama.
Ara amat sangat ingin mematahkan argumentasi tersebut. Dia ingin membuktikan ke khalayak bahwa dia bisa kok cuma temenan aja sama Agam tanpa ada embel - embel lain. Ya bagi Ara mereka adalah model teman yang sama - sama ada ketika dibutuhkan. Menurutnya, ya tergantung masing - masing orangnya lah. Nggak bisa dipukul rata begitu. Itu semua tergantung pada bagaimana bersikap.
Tetapi apalah daya. Sepertinya Ara harus menepis pemikirannya sendiri. Dengan berat dia mulai mengakui bahwa pemikiran orang - orang luar itu mungkin benar adanya. Berat tapi cukup membuat Ara menyematkan senyuman di wajahnya. Entah itu runtuh karena omongan orang sekitar, entah karena dia memang memiliki rasa. Meskipun begitu, Ara masih memilih untuk diam.
#bersambung
cinta dalam diam. hemm
ReplyDeleteMau bilang cinta tapi takut salah..
ReplyDeleteMau bilang sayang tp bukan pacar..
Tembak tidak, ya?
Tembak tidak, ya?
π π€
Lirik "lagu galau" by Al-Ghazali
Ouww amazing Coach
ReplyDeleteBtw Coach,salam kenal saya dari student grammar 1
DeleteKasih kode ra, biar agamnya peka hehe
ReplyDeleteKeren coach ππ»ππ»
Kadang kata orang itu, yg buat kepikran suka atau engga. Padahal ga ada ngarah kesana kitanya.
ReplyDeleteAyo minta kejelasan Araπͺ
ReplyDeleteTanyakan dengan jelas saat ada momen yg tepat...
ReplyDeleteππ