Entah #5

"Gam, kamu jangan nikah dulu kalau aku belum nikah.", celetuk Ara.
"Ngawur. Jangan menyalahi kehendak Tuhan kamu!, sahut Agam.
"Ha ha ha ha ha.....nggak gitu lho. Ya pokoknya jangan dulu. Semisalnya nanti kamu udah ketemu sama jodohmu, bilang ke dia kamu kudu tunggu aku ketemu ama jodohku, baru setelah itu kamu boleh nikah.", pinta Ara.
"Nggak waras kamu tu Ra. Ya nggak bisa lah. Kalau takdirnya aku nikah dulu, ya pasti bakal nikah dulu. Mau apa kau?", protes Agam.
"Aiissshh.....nggak, nggak boleh lho.....he he he."
"Terserah kau aja lah Ra. Orang gila."

Merecoki Agam adalah hal yang sudah lazim bagi Ara. Begitupun juga dengan celetukan Ara yang melarang Agam menikah sebelum dia. Sekitar bulan Oktober, Ara dan Agam menghadiri pernikahan teman mereka. Ara mengenal temannya sepanjang dia mengenal Agam. Tidak seintens ngobrol dengan Agam memang, tapi Ara cukup mengenal temannya tersebut. Dulu kalau bukan Agam, teman itu lah yang dirusuhi Ara. Mereka bertiga: Ara, Agam, dan teman itu, lumayan sering ngopi bertiga. Pernah suatu kali selagi Ara di warung makan dengan mereka berdua, Ara dilabrak gegara dia menutup hidungnya ketika dua teman cowoknya tersebut merokok disampingnya. 

"Apa kau? Nggak usah sok-sok nutup hidung segala. Merokok atau nggak tetap bakal ketemu ajalnya kan?"

Beberapa hari setelah Ara dan Agam menghadiri pernikahan teman mereka itulah, Ara tidak berkenan apabila Agam juga nikah duluan seperti teman mereka. Ara bercanda? Iya lah pasti. Ara hanya mengusili Agam. Tanpa ada embel-embel lain. 

Tidak berprasangka apapun, hanya setiap kali temannya itu menyuruh Ara untuk segera menikah karna sudah cukup umur, dia selalu menyebut nama Agam agar bersanding berdua. Teman Ara memang laki-laki yang dingin, tak banyak omong. Cakap ketika perlu saja. Apalagi kalau berkirim pesan dengannya. Semakin kerasa dinginnya. 
"Nikah sana kamu tu. Tua kamu tu."
"Mau nikah sama siapa?"
"Ya siapa gitu. Penting nikah."
"Aiissshh...."
"Nikah ama Agam sana. Kamu jomblo, Agam jomblo. Pas kan?"
"Apanya yang pas?"
"Lhhhaahh...iya kan? Kenapa nggak kalian berdua bareng aja? Nikah aja?"
"Gila"
"Sudah sana nikah sama Agam aja."
"Huusstttt! Udah diem! Nggak usah ngawur!"

Dalam tradisi Jawa, usia Ara memang lah sudah cukup untuk melangkah ke strata perikatan. Ibunya, kakak-kakaknya, dan sanak keluarga yang lain sering menanyakan hal itu dan juga mendoakannya. Salah satu budenya selalu mengajak Ara berbincang tiap kali dia mengunjunginya. Dulu sekali, Agam pernah bertandang ke rumah budenya Ara. Dari kunjungan itulah, budenya menduga Agam adalah pacar Ara. Sudah Ara tegaskan berkali-kali bahwa mereka hanyalah teman tapi budenya selalu menanyakan hal yang sama tiap kali mereka bertemu.
"Temanmu yang pernah kesini buat jemput kamu dulu, siapa namanya? Bude lupa."
"Agam."
"Iya, Agam."
"Emang iya dia cuma temen kamu? Bukan pacarmu?"
"Bukan bude. Kita temenan aja kok."

Entah apa yang terbesit di benak Ara saat itu. Karena dia lelah dengan dugaan-dugaan yang belum pasti benar ataupun salah, alhasil dia memutuskan untuk menuangkannya ke dalam tulisan. Ara membagikan link blognya lewat jejaring sosial. Dia membuat cerita dia dan Agam ke dalam seri. Setelah menyelesaikan beberapa tulisan, dia beranikan untuk bertanya ke Agam apakah dia sudah membaca tulisannya atau belum. Ara bertanya lewat telepon.
"Aku lagi bikin blog lho. Kamu udah baca tulisanku belum?"
"Emang tulisannya tentang apa?"
"Apa aja. Apa aja yang pengen aku tulis."
"Ya udah kirim aja link nya biar nanti aku baca."
"Lhhahh... aku udah bagiin link nya dari beberapa minggu yang lalu di status kok."
"Hallaahh....nggak lihat. Nggak tahu."
"Kamu mahh...."
"Kirim langsung aja sini. Biar ntar buka nya enak."
"Iya."

Apakah Ara langsung membagikan link blog nya ke Agam? Tidak. Tentu tidak. Ara masih ragu. Dia takut. Dia was-was Agam menyadari apa yang Ara tulis. Tetapi beberapa minggu setelahnya, Ara mengirim link nya ke Agam juga. Dikirimnya link blog tersebut pagi hari. Malam hari nya, Agam mengirim emotikon ketawa ke Ara.
"😄😄😄"
"Kenapa ketawa?"
"Kapan-kapan aku telepon."
"Kamu udah baca blog ku?"
"Udah. Maka nya aku ketawa."
"Setres."

Kata "kapan-kapan aku telepon" lantas membuat Ara kebingungan. Tetapi Ara juga tidak menanti untuk segera dihubungi Agam. Dia tahu kata "kapan-kapan" disana berarti lama. Dia hanya berpikir kalau pun dihubungi ya syukur, tidak pun juga bukan masalah. 

00.30 di suatu hari beberapa bulan setelah kata "kapan-kapan aku telepon, Agam menghubungi Ara. Dia meminta Ara menjelaskan semua isi dari tulisannya di blog. Tulisan Ara tidak hanya tentang dia dan Agam. Ara juga menulis hal lain.
"Coba jelasin isi dari tulisanmu."
"Tulisan yang mana?"
"Semua."
"Katanya udah baca?"
"Ya memang udah. Aku cuma pengen denger langsung dari penulisnya. Ayo sini jelasin."

Ara menjelaskan tulisannya ke Agam satu persatu dan akhirnya sampailah di tulisan yang berjudul "Entah". 

"Entah". Tulisanku "Entah" bercerita tentang cewek dan cowok yang berteman cukup lama. Menurut si cewek mereka berdua hanyalah teman, tidak lebih dari itu. Tapi si cewek lama-kelamaan kemakan omongan orang-orang disekitarnya yang bilang kalau si cowok ada rasa sama dia."
"Sumber cerita dari mana?"
"Emmm......"
"Dari mana?"
"Emmmmm.......cerita pribadi."
"Siapa?"
"Aku."
"Sama siapa?"
"Emmm......"
"Siapa?"
"Kamu."

Mereka melanjutkan obrolan.

"Aku mau tanya dulu Ra. Yang tahu cerita itu siapa aja?"
"Temen-temenku, kakak-kakakku, ibuku, budeku tahu semua."
"OK. Aku cuma mau tanya kenapa waktu itu budemu meminta aku main ke rumahnya? Emang kamu cerita apa?" (Dilain kesempatan saat Ara main ke rumah budenya, beliau menanyakan kabar Agam dan meminta Agam untuk berkunjung kembali ke rumahnya. Awalnya Ara ragu untuk menyampaikan pesan itu ke Agam. Tapi bude Ara sungguh meminta pesan itu sampai ke Agam.)
"Ya cerita apa adanya. Sesuai dengan apa yang terjadi. Nggak yang macam-macam kok."
"Ok iya. Naahh....dalam cerita tersebut, Ara kan disuruh orang-orang sekitarnya buat tanya ke Agam tentang perasaannya. Ya udah, tanyalah sekarang. Live lho ini. Langsung ke orangnya."
".............."(Ara hanya tersenyum mendengarnya.)
"Nggak usah senyum-senyum Ra. Cepet nanya. Ditungguin ini."
".............."(Ara terdiam.)
"Ra? Ayo tanya lah!"

Beberapa detik setelah keberanian terkumpul, Ara bertanya.

"Apa yang disangka orang-orang tersebut bener atau nggak?"
"Ya aku nggak tahu. Kalau pertanyaanmu begitu, aku tidak bisa memastikan. Itu kan pikiran orang lain. Mereka punya hak menafsirkan begitu."
"Jadi pertanyaanku salah?"
"Iya salah. Ganti!"
"Ok. Emmmm......emang bener kamu suka sama aku?"
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha (Agam ketawa kencang sekali.)"
"Nggak usah ketawa Gam."
"Gini Ra. Sebelum aku jawab pertanyaan itu. Aku mau cerita dulu. Aku tu orangnya ya emang kayak gini. Gimana ya? Nggak jelas memang. Gila aku tu. Ya aku melakukan itu karna aku mau. Karna orang disekitarku membutuhkan bantuanku, dan kebetulan aku bisa bantu. Ya kenapa nggak aku bantu? Kamu juga tahu sendiri kan? Kalau temenku butuh sesuatu, dan aku bisa mewujudkannya kenapa tidak? Ya pastinya tidak ke semua orang dan tidak setiap saat. Waktu ada momen tertentu saja aku lakukan itu. Ulang tahun misalnya atau kelulusan. Sama dengan apa yang kulakukan ke kamu."
"Hemmmm...."
"Sekarang kalau ditanya tentang perasaan, jujur aku sama sekali nggak ada. Tapi masalah jodoh nggak ada yang tahu Ra. Tidak ada satupun yang tahu kan kita berjodoh atau tidak?"





                                                                                                                                        #tamat

                                                                                            



Comments

  1. Persepsi kopi.. Mari ngopi..

    ReplyDelete
  2. Sudah tamat aja coach...terusin aja coach...proses selanjutnya healing...sampe ketemu org baru lagi. Nanti kalau sdh byk bisa dibikin buku, soalnya C Trya sdh menjiwai ceritanya. Lumayan jg kan buat isi konten blog.

    ReplyDelete
  3. Mantap lgsg d suruh nanya k orgnya lgsg....
    Tp memang ada sih cowo yg ky gtu, klo sdh merasa enak temenan sm org, asal mampu bakal nurutin permintaan temennya itu tanpa embel2 apapun

    ReplyDelete

Post a Comment